Kepala Dinas Peternakan Provinsi NTT, Kepala UPTD Veteriner dan seluruh jajaran UPTD Veteriner bersama tim Biosecurity Officer (BSO) BBVet Denpasar dan BBVet Maros

Pelatihan Biosafety dan Biosecurity di Laboratorium UPTD Veteriner Dinas Peternakan Provinsi NTT

Kepala Dinas Peternakan Provinsi NTT, Kepala UPTD Veteriner dan seluruh jajaran UPTD Veteriner bersama tim Biosecurity Officer (BSO) BBVet Denpasar dan BBVet Maros

Laboratorium UPTD Veteriner sudah terakreditasi SNI ISO/IEC 17025:2017 sejak tahun 2013 dengan Nomor LP-762-IDN. Semua pengujian yang termasuk dalam ruang lingkup akreditasi sudah diupayakan dapat dijalankan sesuai standar dan sumber daya yang ada, termasuk dalam implementasi biosafety dan biosecurity laboratorium. Pengenalan konsep biosafety dan biosecurity di laboratorium sudah dilakukan melalui berbagai kesempatan. Pada agenda tahunan In House Training tahun 2023, petugas laboratorium mendapat materi terkait Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Selain itu, dalam sharing section hasil kegiatan pelatihan biosafety dan biosecurity yang diikuti oleh salah satu Medik Veteriner Madya UPTD Veteriner, petugas laboratorium dipaparkan lebih detail terkait SOP dan penerapan biosafety dan biosecurity di laboratorium. Berdasarkan hasil evaluasi dari kegiatan-kegiatan ini, telah dilakukan beberapa perubahan dalam sistem maupun fasilitasi uji untuk mendukung penerapan biosecurity dan biosafety di laboratorium.

Pemerintah pusat melalui Direktorat Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian yang bekerjasama dengan Biosecurity Engagement Program (BEP) berupaya untuk meningkatkan implementasi tindakan biosafety dan biosecurity di laboratorium-laboratorium provinsi. Laboratorium UPTD Veteriner Dinas Peternakan Provinsi NTT terpilih sebagai 1 (satu) dari 6 (enam) laboratorium provinsi yang dibina dalam lokakarya penguatan manajemen biorisiko laboratorium veteriner. Kegiatan ini dilaksanakan pada 12-16 Agustus 2024. Pelatihan dilaksanakan selama 3 (tiga) hari, kemudian dilanjutkan dengan assessment atau penilaian biosafety dan biosecurity pada 2 (dua) hari berikutnya. Peserta yang diundang dalam kegiatan ini adalah staf laboratorium UPTD Veteriner, serta observer dari tim Biosecurity Officer (BSO) BBVet Denpasar dan BBVet Maros.

Kegiatan Pelatihan Biosafety dan Biosecurity di Laboratorium UPTD Veteriner diisi dengan berbagai materi menarik dan praktik langsung oleh para peserta. Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Kepala Dinas Peternakan Provinsi NTT, Ir. Yohanes Oktovianus, MM. Selanjutnya pelatihan dipimpin oleh 2 (dua) orang pemateri dari Asosiasi Biorisiko Indonesia, yaitu Dr. drh. Susan M. Noor, MVSc dan Aroem Naroeni, SSi, DEA, PhD. Adapun materi-materi yang disampaikan dalam pelatihan ini adalah sbb:
1. Pengenalan Biosafety dan Biosecurity Laboratorium
2. Klasifikasi mikroorganisme berdasarkan kelompok risiko dan biocontainment
3. Field Biosafety
4. Penilaian Risiko dan Langkah Mitigasi
5. Diskusi grup: exercise penilaian risiko
6. Praktik dan Prosedur Mikrobiologi yang Baik (GMPP)
7. Biological Safety Cabinet: peran dan fungsi
8. Pemilihan dan penggunaan alat pelindung diri yang tepat
9. Demo pengunaan APD dan hand hygiene
10. Pengemasan dan transportasi bahan biologi berbahaya
11. Dekontaminasi dan pengelolaan limbah
12. Tanggap darurat di laboratorium
13. Demo penanganan spill

Selanjutnya pemateri dan observer dari BBVet melakukan assessment atau penilain sejauh mana praktik biosafety dan biosecurity diterapkan di laboratorium UPTD Veteriner. Berdasarkan hasil diskusi dan pengamatan selama assessment, diketahui bahwa cukup banyak fasilitas dan sistem yang perlu diperbaiki atau dilengkapi untuk mendukung implementasi biosafety dan biosecurity di laboratorium UPTD Veteriner. Selain itu, komitmen dari seluruh petugas laboratorium dan pengambil kebijakan juga diperlukan dalam mewujudkan hal ini.

Implementasi biosafety dan biosecurity penting di laboratorium mengingat berbagai risiko (biorisiko) yang dapat ditimbulkan. Selain berbahaya bagi petugas, juga dapat mengancam keamanaan dan keselamatan lingkungan. Oleh karena itu, melalui pelatihan ini diharapkan petugas laboratorium semakin sadar akan berbagai potensi bahaya yang muncul dalam pekerjaan sehari-hari. Selain itu, perlu dipertimbangkan untuk membentuk sebuah tim yang fokus pada manajemen dan kontrol penerapan biosafety dan biosecurity di laboratorium. Hasil assessment dalam kegiatan ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan oleh pengambil kebijakan di lingkup Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur.

 

Galeri Kegiatan :

Kegiatan Pelatihan

Hari Peternakan dan Kesehatan hewan ke-188

Dog Fashion Show

Lokakarya Berbagi Pembelajaran Sektor Babi NTT

Bertempat di Hotel Aston Kota Kupang Dinas Peternakan Provinsi NTT Bersama Prisma melaksanakan kegiatan lokakarya Berbagi Pembelajaran Bersama Sektor Babi. lokakarya ini bertujuan untuk berbagi pengetahuan, pembelajaran, dan capaian yang diperoleh hingga saat ini untuk menjadi bahan pembelajaran dan pertimbangan bagi seluruh stake holder dan pihak terkait lainnya dalam mengembangkan industri ternak babi NTT di masa depan.

Pentingnya vaksinasi pada Ternak

Vaksinasi adalah langkah penting dalam pemeliharaan kesehatan ternak. Dengan melakukan vaksinasi secara rutin, peternak dapat melindungi ternak mereka dari berbagai penyakit berbahaya yang dapat mengganggu produktivitas dan kesejahteraan hewan.

Untuk pemahaman lebih lanjut tentang vaksinasi, silahkan Bapak / Ibu klik link  di bawah ini: 

Rekomendasi Pengujian Terhadap Anjing Yang di Curigai Terinfeksi Rabies di NTT

Hal yang paling mendasar dalam pengendalian rabies di Timor Tengah Selatan (TTS) adalah mengetahui di mana penyakit ini muncul, dan di mana penyakit ini tidak muncul. Informasi ini hanya dapat diperoleh dengan memastikan adanya infeksi rabies, baik pada manusia maupun pada hewan terutama pada anjing. Informasi tersebut dibutuhkan dalam jumlah yang cukup dan dengan cakupan yang memadai, hal ini memungkinkan untuk melakukan pemetaan kasus rabies dalam suatu wilayah (daerah terinfeksi) dan pemetaan dari waktu ke waktu (terkait peningkatan ataupun tidak dalam pengendalian penyakit) dan memungkinkan untuk melakukan pemantauan dalam pengendalian muapun tidak adanya kemajuan serta prioritas kegiatan dalam pengendalian.

Kasus–kasus yang dicurigai pada manusia dikonfirmasi dengan menggunakan protokol Kementerian Kesehatan yaitu paparan rabies melalui gigitan anjing/paparan luka terbuka dan adanya gejala klinis yang khas pada rabies.

Kasus dugaan rabies pada hewan, yang paling sering terjadi pada anjing adalah dengan pengujian diagnostik di laboratorium atau dengan mengunakan uji cepat antigen (rapid antigen test – RAT). Pengujian ini membutuhkan pengambilan sampel otak dan hanya dapat dilakukan setelah anjing mati atau disuntik mati.

Baca selengkapnya pada link ini

Rapat Koordinasi Pencegahan Penyakit Mulut dan Kuku di Provinsi NTT

Selasa, 10 oktober 2023 diadakan rapat Koordinasi Pencegahan Penyakit Mulut dan Kuku di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Rapat ini dipimpin oleh Kepala Dinas Peternakan Provinsi NTT, dihadiri oleh Gugus Tugas Pencegahan PMK NTT bertempat di Ruang Rapat Sekda Provinsi NTT.
Kepala Dinas Peternakan Provinsi NTT, mengapresiasi upaya-upaya yang telah dilakukan oleh gugus tugas untuk menjaga Provinsi NTT tetap bebas PMK.
Saat ini sudah 29 Provinsi tertular PMK, dan Provinsi NTT termasuk salah satu Provinsi yang masih Bebas PMK, hal ini dibuktikan dengan hasil surveilans bbvet denpasar dari 7.092 sampel seluruhnya menunjukkan hasil negatif PMK.

Ekstraksi Sampel darah babi untuk pengujian Polymerase Chain Reaction (PCR) African Swine Fever (ASF)

Lalu lintas pengiriman ternak babi antar daerah di wilayah Provinsi NTT saat ini sudah dibuka kembali dengan pengawasan yang sangat ketat, terutama dalam tata laksana pencegahan penularan dan penyebaran penyakit ASF. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan memastikan ternak yang dilalulintaskan dalam kondisi bebas ASF melalui pengujian PCR. Pemeriksaan yang dipersyaratkan dilakukan terhadap 100% populasi ternak yang akan dilalulintaskan atau sesuai rekomendasi pemasukan dari Pejabat Otoritas veteriner(POV) kabupaten/ kota tujuan. Laboratorium PPV UPTD Veteriner menyediakan layanan pengujian PCR ASF untuk sampel darah maupun daging babi dan olahannya.