Beternak ayam petelur

Beternak Ayam Petelur dalam Upaya Pengentasan Kemiskinan di Provinsi Nusa Tenggara Timur

Beternak ayam petelur
Beternak ayam petelur menjadi salah satu solusi yang menjanjikan dalam upaya pengentasan kemiskinan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Dengan potensi alam yang melimpah dan di dukung dengan kemauan masyarakat untuk berkembang, usaha ini bukan hanya sekadar menjadi tambahan penghasilan bagi keluarga, tetapi juga berperan dalam peningkatan kualitas gizi masyarakat, terutama dalam menurunkan angka stunting. Melalui pengelolaan yang tepat dan pemanfaatan sumber daya lokal, beternak ayam petelur bisa menjadi tonggak perubahan yang berkelanjutan, memberdayakan perempuan dan kelompok rentan, serta menggerakkan roda perekonomian lokal di NTT.

Beberapa poin penting terkait pentingnya “Beternak Ayam Petelur dalan Upaya Pengentasan Kemiskinan di Provinsi NTT” dijabarkan sebagai berikut:
1. Peningkatan Pendapatan Keluarga:
Beternak ayam petelur merupakan salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Ayam dapat menghasilkan telur secara konsisten hingga berumur 2 tahun (optimal bertelur pada usia 6 bulan, menurun seiring bertambah usia). Penjualan telur secara rutin bisa menjadi sumber penghasilan tambahan yang stabil bagi keluarga di Provinsi NTT.

2. Pemanfaatan Sumber Daya Lokal:
Provinsi NTT memiliki banyak sumber daya alam diantaranya berupa pakan ternak yang dapat dimanfaatkan dalam beternak ayam petelur, seperti: jagung, dedak, dan limbah pertanian. Dengan memanfaatkan sumber daya lokal, biaya produksi dapat ditekan sehingga margin/selisih keuntungan lebih besar dan usaha diproyeksikan lebih berkelanjutan.

3. Kemandirian Pangan dan Gizi (Penurunan Stunting):
Selain untuk dijual, telur dari ayam petelur bisa pula dimanfaatkan sebagai sumber protein untuk konsumsi keluarga. Hal ini sangat penting dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat, khususnya dalam menekan angka stunting yang cukup tinggi di NTT. Kemandirian pangan ini dapat mengurangi ketergantungan pada kegiatan “membeli produk protein” lain dari luar dan meningkatkan kesehatan keluarga.

4. Pengembangan Ekosistem Ekonomi Lokal:
Usaha beternak ayam petelur dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lokal melalui pengembangan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) dengan menciptakan peluang bisnis lainnya seperti penyediaan pakan, pembelian hasil ternak, hingga distribusi telur. Dengan demikian, ekonomi lokal dapat berkembang dan memberikan multiplier effect (efek berganda) yang positif bagi masyarakat sekitar. Hal ini sejalan pula dengan tujuan pengembangan UMK yang menjadi fokus pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan.

5. Pemberdayaan Perempuan dan Kelompok Rentan:
Beternak ayam petelur juga bisa menjadi sarana pemberdayaan perempuan dan kelompok rentan di NTT. Perempuan dapat lebih berdaya dengan terlibat langsung dalam usaha ini, baik sebagai pemilik, pengelola, atau pekerja, sehingga meningkatkan posisi ekonomi dan sosial mereka dalam keluarga dan komunitas.

6. Sistem Peternakan Berkelanjutan:
Mengadopsi sistem peternakan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, seperti pengelolaan limbah ternak menjadi pupuk organik, dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas usaha. Ini juga selaras dengan konsep pertanian terpadu yang mengoptimalkan penggunaan lahan dan sumber daya untuk kesejahteraan bersama.

Dengan menerapkan poin-poin tersebut di atas, masyarakat NTT dapat memanfaatkan sumber daya yang ada untuk menciptakan peluang usaha yang berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Selain mengurangi ketergantungan pada produk luar, usaha ini juga mendorong kemandirian pangan, memberdayakan perempuan, dan memperkuat ekosistem ekonomi lokal. Melalui dukungan dan kolaborasi dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan komunitas, program ini diharapkan dapat menjadi katalisator dalam mengentaskan kemiskinan dan memperbaiki kualitas hidup masyarakat NTT secara keseluruhan. Dengan langkah ini, NTT tidak hanya berupaya mengurangi kemiskinan, tetapi juga membangun masa depan yang lebih cerah dan berdaya saing. (Ecy)

Kepala Dinas Peternakan Provinsi NTT, Kepala UPTD Veteriner dan seluruh jajaran UPTD Veteriner bersama tim Biosecurity Officer (BSO) BBVet Denpasar dan BBVet Maros

Pelatihan Biosafety dan Biosecurity di Laboratorium UPTD Veteriner Dinas Peternakan Provinsi NTT

Kepala Dinas Peternakan Provinsi NTT, Kepala UPTD Veteriner dan seluruh jajaran UPTD Veteriner bersama tim Biosecurity Officer (BSO) BBVet Denpasar dan BBVet Maros

Laboratorium UPTD Veteriner sudah terakreditasi SNI ISO/IEC 17025:2017 sejak tahun 2013 dengan Nomor LP-762-IDN. Semua pengujian yang termasuk dalam ruang lingkup akreditasi sudah diupayakan dapat dijalankan sesuai standar dan sumber daya yang ada, termasuk dalam implementasi biosafety dan biosecurity laboratorium. Pengenalan konsep biosafety dan biosecurity di laboratorium sudah dilakukan melalui berbagai kesempatan. Pada agenda tahunan In House Training tahun 2023, petugas laboratorium mendapat materi terkait Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Selain itu, dalam sharing section hasil kegiatan pelatihan biosafety dan biosecurity yang diikuti oleh salah satu Medik Veteriner Madya UPTD Veteriner, petugas laboratorium dipaparkan lebih detail terkait SOP dan penerapan biosafety dan biosecurity di laboratorium. Berdasarkan hasil evaluasi dari kegiatan-kegiatan ini, telah dilakukan beberapa perubahan dalam sistem maupun fasilitasi uji untuk mendukung penerapan biosecurity dan biosafety di laboratorium.

Pemerintah pusat melalui Direktorat Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian yang bekerjasama dengan Biosecurity Engagement Program (BEP) berupaya untuk meningkatkan implementasi tindakan biosafety dan biosecurity di laboratorium-laboratorium provinsi. Laboratorium UPTD Veteriner Dinas Peternakan Provinsi NTT terpilih sebagai 1 (satu) dari 6 (enam) laboratorium provinsi yang dibina dalam lokakarya penguatan manajemen biorisiko laboratorium veteriner. Kegiatan ini dilaksanakan pada 12-16 Agustus 2024. Pelatihan dilaksanakan selama 3 (tiga) hari, kemudian dilanjutkan dengan assessment atau penilaian biosafety dan biosecurity pada 2 (dua) hari berikutnya. Peserta yang diundang dalam kegiatan ini adalah staf laboratorium UPTD Veteriner, serta observer dari tim Biosecurity Officer (BSO) BBVet Denpasar dan BBVet Maros.

Kegiatan Pelatihan Biosafety dan Biosecurity di Laboratorium UPTD Veteriner diisi dengan berbagai materi menarik dan praktik langsung oleh para peserta. Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Kepala Dinas Peternakan Provinsi NTT, Ir. Yohanes Oktovianus, MM. Selanjutnya pelatihan dipimpin oleh 2 (dua) orang pemateri dari Asosiasi Biorisiko Indonesia, yaitu Dr. drh. Susan M. Noor, MVSc dan Aroem Naroeni, SSi, DEA, PhD. Adapun materi-materi yang disampaikan dalam pelatihan ini adalah sbb:
1. Pengenalan Biosafety dan Biosecurity Laboratorium
2. Klasifikasi mikroorganisme berdasarkan kelompok risiko dan biocontainment
3. Field Biosafety
4. Penilaian Risiko dan Langkah Mitigasi
5. Diskusi grup: exercise penilaian risiko
6. Praktik dan Prosedur Mikrobiologi yang Baik (GMPP)
7. Biological Safety Cabinet: peran dan fungsi
8. Pemilihan dan penggunaan alat pelindung diri yang tepat
9. Demo pengunaan APD dan hand hygiene
10. Pengemasan dan transportasi bahan biologi berbahaya
11. Dekontaminasi dan pengelolaan limbah
12. Tanggap darurat di laboratorium
13. Demo penanganan spill

Selanjutnya pemateri dan observer dari BBVet melakukan assessment atau penilain sejauh mana praktik biosafety dan biosecurity diterapkan di laboratorium UPTD Veteriner. Berdasarkan hasil diskusi dan pengamatan selama assessment, diketahui bahwa cukup banyak fasilitas dan sistem yang perlu diperbaiki atau dilengkapi untuk mendukung implementasi biosafety dan biosecurity di laboratorium UPTD Veteriner. Selain itu, komitmen dari seluruh petugas laboratorium dan pengambil kebijakan juga diperlukan dalam mewujudkan hal ini.

Implementasi biosafety dan biosecurity penting di laboratorium mengingat berbagai risiko (biorisiko) yang dapat ditimbulkan. Selain berbahaya bagi petugas, juga dapat mengancam keamanaan dan keselamatan lingkungan. Oleh karena itu, melalui pelatihan ini diharapkan petugas laboratorium semakin sadar akan berbagai potensi bahaya yang muncul dalam pekerjaan sehari-hari. Selain itu, perlu dipertimbangkan untuk membentuk sebuah tim yang fokus pada manajemen dan kontrol penerapan biosafety dan biosecurity di laboratorium. Hasil assessment dalam kegiatan ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan oleh pengambil kebijakan di lingkup Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur.

 

Galeri Kegiatan :

Kegiatan Pelatihan

Pemerintah Provinsi NTT Buka Lowongan CPNS Tahun 2024, Berikut Daftar Formasi di Dinas Peternakan Provinsi NTT dan Persyaratannya

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) kembali membuka kesempatan bagi putra-putri terbaik bangsa untuk bergabung sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) pada tahun anggaran 2024.

Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 293 Tahun 2024 tanggal 2 Juli 2024, NTT turut serta dalam memenuhi kebutuhan Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan pemerintah. Hal ini sejalan dengan upaya peningkatan kualitas pelayanan publik, khususnya di Dinas Peternakan Provinsi NTT, yang membutuhkan talenta terbaik untuk mendukung berbagai program dan layanan.

Dalam pengumuman resmi bernomor 800.1/073/BKD2.1, Pemerintah Provinsi NTT mengumumkan pembukaan seleksi CPNS dengan berbagai formasi di lingkup Dinas Peternakan Provinsi NTT. Beberapa posisi yang tersedia antara lain Ahli Pertama Medik Veteriner dengan alokasi sebanyak 18 formasi, Ahli Pertama Pengawas Bibit Ternak dengan 13 formasi, Ahli Pertama Pengawas Mutu Pakan sebanyak 8 formasi, Ahli Pertama Penyuluh Pertanian sebanyak 4 formasi, Pranata Hubungan Masyarakat sebanyak 1 formasi, serta Pranata Komputer sebanyak 5 formasi.

Tidak hanya itu, Dinas Peternakan juga membuka formasi untuk jabatan Terampil dan Pemula, seperti Terampil Paramedik Veteriner dengan 15 formasi, Terampil Pengawas Bibit Ternak sebanyak 9 formasi, Terampil Pengawas Mutu Pakan sebanyak 7 formasi, Terampil Penyuluh Pertanian sebanyak 2 formasi, Pemula Paramedik Veteriner dengan 17 formasi, serta Pemula Pengawas Mutu Pakan sebanyak 7 formasi. Total formasi yang tersedia mencerminkan kebutuhan akan tenaga ahli di berbagai bidang yang berhubungan langsung dengan pelayanan di sektor peternakan dan pendukung administrasi lainnya. Semua formasi ini diharapkan dapat mengisi kekosongan dan memperkuat tim Dinas Peternakan dalam menghadapi tantangan di sektor peternakan yang dinamis dan terus berkembang.

Untuk mengikuti seleksi CPNS ini, para pelamar diwajibkan memenuhi beberapa persyaratan umum seperti berstatus sebagai Warga Negara Indonesia, berusia minimal 18 tahun dan maksimal 35 tahun pada saat mendaftar, serta memiliki kualifikasi pendidikan yang sesuai dengan formasi yang dilamar. Selain itu, pelamar juga harus memiliki integritas dan komitmen tinggi terhadap pelayanan publik, sehat jasmani dan rohani, serta bebas dari catatan kriminal yang dapat menghambat tugas dan tanggung jawab sebagai ASN.

Tata cara pendaftaran dilakukan secara daring melalui portal resmi Badan Kepegawaian Negara (BKN) di laman https://sscasn.bkn.go.id. Calon pelamar diminta untuk membuat akun, mengisi formulir pendaftaran, dan mengunggah dokumen persyaratan yang meliputi identitas diri, ijazah dan transkrip nilai, surat keterangan sehat, serta dokumen pendukung lainnya. Pendaftaran akan dibuka mulai tanggal yang tercantum dalam pengumuman resmi dan akan berlangsung dalam periode waktu yang telah ditentukan.

Dengan dibukanya formasi CPNS di Dinas Peternakan Provinsi NTT, diharapkan dapat menjaring talenta-talenta terbaik yang siap berkontribusi dalam peningkatan kualitas layanan publik di bidang peternakan. Kesempatan ini juga menjadi momentum bagi para pelamar untuk menunjukkan kemampuan dan dedikasinya dalam mendukung pembangunan daerah yang berkelanjutan menuju Indonesia Emas 2045. Melalui seleksi ini pula, Dinas Peternakan Provinsi NTT menantikan kehadiran para ASN baru yang berkompeten dan berdedikasi tinggi. Dengan semangat bersama, mari kita wujudkan pelayanan publik yang lebih baik dan berdampak positif bagi masyarakat luas. Jangan lewatkan kesempatan ini, jadilah bagian dari perubahan dan kemajuan di Nusa Tenggara Timur. (ecy)

Stay in the loop

Hari Peternakan dan Kesehatan hewan ke-188

Dog Fashion Show

Video Tutorial Menginput IGT Peternakan

Lokakarya Berbagi Pembelajaran Sektor Babi NTT

Bertempat di Hotel Aston Kota Kupang Dinas Peternakan Provinsi NTT Bersama Prisma melaksanakan kegiatan lokakarya Berbagi Pembelajaran Bersama Sektor Babi. lokakarya ini bertujuan untuk berbagi pengetahuan, pembelajaran, dan capaian yang diperoleh hingga saat ini untuk menjadi bahan pembelajaran dan pertimbangan bagi seluruh stake holder dan pihak terkait lainnya dalam mengembangkan industri ternak babi NTT di masa depan.

Pembinaan Kelompok Tani

Pentingnya vaksinasi pada Ternak

Vaksinasi adalah langkah penting dalam pemeliharaan kesehatan ternak. Dengan melakukan vaksinasi secara rutin, peternak dapat melindungi ternak mereka dari berbagai penyakit berbahaya yang dapat mengganggu produktivitas dan kesejahteraan hewan.

Untuk pemahaman lebih lanjut tentang vaksinasi, silahkan Bapak / Ibu klik link  di bawah ini: