Cacar Monyet (Monkey Pox atau Mpox)

Mari Mengenal Cacar Monyet: Risiko, Gejala dan Pencegahannya

Mari Mengenal Cacar Monyet: Risiko, Gejala, dan pencegahannya

Cacar Monyet (Monkey Pox atau Mpox)

 

Monkey Pox (Cacar Monyet) atau yang kini dikenal sebagai Mpox adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Mpox (MPXV) dari genus Orthopoxvirus. Virus Mpox dikelompokkan menjadi dua klade, yaitu Klade Kongo-Basin (Klade 1, yang terdiri dari Subklade 1a dan 1b) dan Klade Afrika Barat (Klade 2, yang terdiri dari Klade 2a dan 2b). Penyakit ini bersifat zoonosis, yang berarti dapat menular dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Selain manusia, beberapa kelompok hewan yang dilaporkan rentan terhadap penyakit ini antara lain primata (bangsa kera), rodensia (hewan pengerat), hewan peliharaan eksotik (seperti landak dan tupai), serta anjing.

Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari 120 negara telah melaporkan kasus Mpox antara Januari 2022 hingga Agustus 2024, dengan lebih dari 100.000 kasus terkonfirmasi laboratorium dan lebih dari 220 kematian di antara kasus yang terkonfirmasi. Di Indonesia sendiri, sejak tahun 2022 hingga saat ini, tercatat telah terjadi 88 kasus. Semua kasus yang terjadi di Indonesia berasal dari infeksi Virus Mpox Klade 1b dengan tingkat kematian (Case Fatality Rate) 0,1%. Belakangan ini, terjadi peningkatan kasus Mpox dari Klade 1b di berbagai belahan dunia, dengan tingkat kematian lebih tinggi, yaitu mencapai 10%. Meskipun Klade Virus Mpox 1b ini belum dilaporkan di Indonesia, kewaspadaan dan rencana mitigasi penyakit yang tepat sangat diperlukan untuk menghadapi ancaman tersebut. Provinsi Nusa Tenggara Timur hingga saat ini masih berstatus bebas dari penyakit Mpox.

Gejala Mpox pada hewan dan manusia terutama berupa ruam kulit. Ruam kulit awalnya berupa luka datar yang kemudian berkembang menjadi lepuh berisi cairan yang terasa gatal atau nyeri. Kulit yang terkena ruam dapat terinfeksi bakteri, menyebabkan abses atau kerusakan kulit yang serius. Komplikasi lain meliputi pneumonia, infeksi kornea yang dapat menyebabkan kehilangan penglihatan, nyeri atau kesulitan menelan, muntah dan diare yang dapat menyebabkan dehidrasi atau malnutrisi, serta infeksi darah (sepsis), otak (ensefalitis), jantung (miokarditis), rektum (proktitis), organ genital (balanitis), atau saluran kemih (uretritis). Gejala klinis lainnya dapat berupa demam, sakit tenggorokan, sakit kepala, nyeri otot, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Penyebaran inang dan reservoir Mpox belum terdefinisi secara jelas, namun penularan diketahui terjadi melalui kontak langsung dengan penderita.

Pengobatan kasus Mpox saat ini terutama bersifat suportif, bertujuan untuk mengelola ruam, mengurangi rasa sakit, dan mencegah komplikasi organ. Tindakan pencegahan seperti vaksinasi masih terbatas pada orang-orang berisiko tinggi, seperti petugas kesehatan. Peningkatan kewaspadaan melalui penerapan protokol kesehatan, seperti mengenakan masker di tempat ramai, rajin mencuci tangan, serta tidak menyentuh tubuh penderita atau cairan tubuhnya secara langsung, harus dilakukan. Desinfektan yang dapat digunakan termasuk yang berbahan dasar chloroxylenol, formaldehida, glutaraldehida, dan natrium hipoklorit (merk dagang Bayclin).

Penulis: drh. Fonny_UPTD PT & PPT
Editor: Tim Website